“Suara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, gema al-Qur’anul Karim dari padang pasir arab itu telah dibawa oleh debur ombak lautan sebelah barat ke dalam kepulauan kita yang luas ini. Amat mengagumkan sekali karena masuknya pun secara damai dan sukarela, “sukarela yang datang dan sukarela yang menanti, diterima dengan penuh Iman.” Tidak dengan paksaan atau perang.

Ajaran itulah yang hidup, ajaran itulah yang menyala dalam jiwa bangsa kita, diterima  sebagai waris pusaka suci dari nenek-moyang turun-temurun. Dengan ajaran itulah kita tegak dan kita berdiri. Disadari atau tidak, ajaran itu telah mengendap dalam jiwa kita, masuk ke dalam bawah sadar, “underbewustzin”.

Bila tiba saat-saat yang menentukan, ia bangkit dengan sendirinya. Ombak dari timur, ataupun gelombang dari barat, topan dari utara dan badai dari selatan selalu menguji kekuatan kita ini. Biasa pasang naik, biasa pasang turun, tetapi kita tidak hancur sebab kita percaya kepada Tuhan.

Dengan iman laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar, inilah Sultan Agung Honyokrokusumo mendirikan Kerajaan Mataram. Sultan Hasanuddin mendirikan Kerajaan Banten, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam mendirikan Kerajaan Aceh, Allahu Akbar.

Dengan kekuatan laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar inilah kita mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar itulah ucapan terakhir yang keluar dari mulut para pahlawan ketika darah mereka tertumpah ke bumi untuk menyuburkan tanah pusaka, dan jiwa mereka terbang ke langit untuk mempertanggungjawabkan jihad dan perjuangan mereka di hadapan Tuhan Rabbal ‘aalamiin. Allahu Akbar.

Laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar itulah yang membangkitkan jiwa pahlawan 10 November 1945 di Surabaya. Inggris memusatkan kekuatannya untuk menghancurkan jiwa merdeka kita. Mereka hujankan peluru, bom, dan pelor meriam dari darat, laut dan udara. Inggris bangga dengan kerajaannya waktu itu, yang matahari tidak pernah terbenam dalam wilayah kekuasaannya.

Bergelimpangan jenazah syuhada, hancur lebur kota Surabaya. Namun, satu yang Inggris tidak dapat hancurkan, yaitu semangat kemerdekaan yang bersumber dari kalimat laa ilaaha illallaah, tidak ada Tuhan tempat aku takut melainkan Allah, Allahu Akbar. Hanya Allah-lah Yang Besar. Itu tak dapat mereka hancurkan.

Kemerdekaan dan kebebasan jiwa yang bersumber dari laa ilaaha illallah, Allahu Akbar ini dicoba oleh komunis hendak dihancurkan dengan pemberontakannya di Madiun. Merekalah yang hancur dan kita tetap tegak.

Sekali lagi Komunis yang telah mempunyai rencana hendak menghapus, membasmi pengaruh laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar ini telah mengadakan gerakan 30 September, GESTAPU-PKI, telah membunuh 6 jendral. Istana ini telah mereka kuasai, tempat-tempat penting lainnya telah mereka duduki. Namun hanya dari pukul 03.00 pagi mereka berkuasa, dan pada pukul 3 (15.00) petang tanggal 1 Oktober 1965 gerakan mereka telah dapat dipatahkan.” (Buya  Hamka, Dari Hati Ke Hati cet. Gema Insani hal. 238-239)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama